Friday 8 February 2013

nak cerdas istimewa adalah anak berrisiko

nak cerdas istimewa adalah anak berrisiko

Orang tua adalah salah satu figur terpenting dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Tugas yang berat ini, dirasakan kini semakin berat karena tuntutan pengasuhan dan pendidikan memerlukan dasar-dasar kuat yang dapat lebih dipertanggungjawabkan (evidence based practice in the childhood field) demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengantarkan buah hatinya agar kelak menjadi manusia yang bertanggung jawab dan mampu berfungsi secara baik di tengah masyarakat.


Manakala buah hatinya mempunyai tumbuh kembang yang berbeda dengan temanteman sebayanya maka tugas itu menjadi semakin berat lagi. Karena mereka harus mampu menjadi observer yang piawai terhadap kemajuan maupun ketertinggalan perkembangan anak-anaknya, mencatat perubahan apa saja yang terjadi, sekaligus menjadi pengasuh dan pendidik di rumah yang tangguh, dan harus pula memenuhi tuntutan mampu bekerjasama secara baik dengan guru sekolah. Mereka juga harus mampu melihat hal-hal yang mungkin akan terjadi, serta tindakan apa saja yang harus diberikan dalam rangka melakukan stimulasi, intervensi dan tindakan pencegahan untuk menghindari dampak negatip sebagai akibat ketidak selarasan perkembangan. Singkat kata, ia harus mengahadapi anak dalam kelompok anak berrisiko. Anak dan orang tua membutuhkan perhatian khusus yang terus menerus, dan membutuhkan bimbingan bukan hanya dari satu orang tenaga professional, tetapi dari banyak profesi dan guru secara multidisiplin dan terpadu. Melakukan pendekatan ke dua arah sekaligus, yaitu kepada kesulitan yang terjadi akibat disinkronitas perkembangannya, dan juga ke arah faktor kuat yang dimiliki anak.


Dalam hal anak cerdas istimewa, faktor kuatnya adalah kecerdasan istimewa dan bakat istimewa yang dimilikinya, faktor ini juga memerlukan dukungan yang seksama agar ia dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana dirinya, meningkatkan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri yang positip. Indonesia, adalah sebuah negara besar yang tengah mengalami transisi, dari masyarakat tribal atau masyarakat rumpun dengan keunikan sistem sosial, sistem nilai dan kekerabatannya, ke arah masyarakat moderen yang membutuhkan dukungan keprofesionalan dan ilmu pengetahuan yang baik (evidence based practice). Dalam kondisi transisi inilah para orang tua dapat menjadi “korban” tarik menarik, antara bentuk pengasuhan tradisional dalam keluarga masyarakat rumpun dan bentuk pengasuhan moderen. Ataupun antara bentuk pengasuhan moderen yang didukung oleh ilmu pengetahuan moderen (evidence based practice) dengan bentuk pengasuhan alternative moderen (pseudoscience) yang lebih banyak dilatar belakangi oleh bentuk komersial bahkan fraudulence (penipuan) yang kini marak di masyarakat dunia2. 

Apalagi hingga kini dalam sistem kesehatan nasional belum ada 2 Bentuk pengasuhan yang dilatarbelakangi oleh fraudulence dan pseudoscience ini antara lain penggunaan smart drugs, megadosis vitamin, berbagai preparat yang dianggap merangsang otak, food supplement yang ditawarkan sebagai obat, mengajari bayi membaca dan matematika dengan menggunakn flash card, menstimulasi batita dengan CD Rom, muscle touch therapy, dan sebagainya. 5 sistem pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak secara berkala serta detil oleh tenaga kesehatan (dokter anak tumbuh kembang), sehingga para orang tua juga tidak mempunyai konsultan tetap dalam upaya pemantauan anak-anaknya. Bahkan orang tua tidak mempunyai catatan tumbuh kembang anak-anaknya.Situasi tarik-menarik ini dapat dirasakan dalam berbagai diskusi baik diskusi tatap muka saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, media cetak, maupun diskusi maya melalui mailinglist. Sehingga tak ayal sering terjadi debat panas yang meruntuhkan hati, maupun kebingungan pengetahuan. Konflik antar orang tua dapat terlihat untuk memperebutkan legitimasi interes masing-masing. Antara yang berlatar belakang tradisional, komersial ataupun yang ideal.
 
Kembali kepada bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang tengah mengalami transisi, dan transisi ini dapat memunculkan “korban” manakala masyarakat tidakmmendapatkan bimbingan yang baik oleh berbagai tenaga profesi secara terpadu. Terlebih bila dalam kelompok professional terdapat perpecahan pendapat, maka situasi ini akan lebih memberikan “rasa hancur” di hati para orang tua dan kehilangan kepercayaan terhadap kelompok professional dan praktisi.

Perpecahan pendapat pihak profesi yang berlanjut pada kebingunan para orang tua, maka dampak akhirnya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang anak dan pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak. Contoh situasi ini dapat kita rasakan dalam rangka pengasuhan dan pendidikan anak-anak cerdas istimewa (gifted children) terutama yang mengalami disinkronitas perkembangan. Area cerdas istimewa saat ini di Indonesia menjadi area yang sangat kontroversial. Bukan hanya dari teori giftedness yang menjadi dasar tatalaksana deteksi & diagnosa – tetapi juga masih belum dikenalnya secara luas tumbuh kembang dan personalitas anak cerdas istimewa di kalangan profesi sendiri, serta belum ada pedoman yang memadai bagaimana bentuk pendidikan yang dirasa dapat memenuhi tuntutan
penanganan faktor kuat dan faktor lemah anak, maka area ini menjadi debat yang paling panas dimasa kini. Pada ujungnya sebagian masyarakat terpaksa memilih bentuk sekolah rumah, yang pengaturannya juga belum jelas, apalagi bagi anakanak berkebutuhan khusus.

No comments:

Post a Comment