Limbah Logam Berat
Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat yang dilaksanakan melalui pembangunan jangka panjang yang bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan industri di suatu pihak akan menghasilkan barang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup rakyat dan di lain pihak industri juga menghasilkan limbah. Diantara limbah yang di hasilkan oleh kegiatan industri terdapat limbah B3.
Limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No. 18 Tahun
1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999.
Logam berat
adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan perhatian berlebih
akibat ditambahkan ke dalam tanah dalam jumlah yang semakin meningkat
dan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Logam berat menunjuk pada logam
yang mempunyai berat jenis lebih tinggi dari 5 atau 6g/cm3. Namun pada
kenyataannya dalam pengertian logam berat ini, dimasukkan pula
unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya seperti logam berat
sehingga jumlah seluruhnya mencapai lebih kurang 40 jenis. Beberapa
logam berat yang beracun tersebut adalah As, Cd. Cr, Cu, Pb, Hg, Ni, dan
Zn.
Secara umum logam berat
telah digunakan secara luas terutama dalam bidang kimia dan industri.
Menurut palar (1994), secara umum logam berat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik (konduktor)
b. memiliki rapat massa yang tinggi.
c. Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya
d. Untuk logam yang padat dapat ditempa dan dibentuk
Unsur-unsur
atau kandungan logam yang terdapat dalam atmosfir ditemukan dalam
bentuk partikel atau merupakan senyawa. Unsur logam ditemukan secara
luas di seluruh permukaan bumi yang dapat bersifat toksik yang berbahaya
bagi manusia apabila masuk ke dalam tubuh dimana logam tersebut
biasanya terdapat dalam makanan, air dan udara.
Khromium (Cr)
Khromium
(Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri
gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri,
khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi
besi-besi khromium yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium
murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak
toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium
dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru,
khromium ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom
termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang
dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan
bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+
merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya
keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002).
Khromium
mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai titik
leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih
unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang
terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni melarut dengan
lambat sekali dalam asam encer membentuk garam kromium (II). (Achmad,
Hiskia, 1992).
Senyawa-senyawa
yang dapat dibentuk oleh khromium mempunyai sifat yang berbeda-beda
sesuai dengan valensi yang dimilikinya. Senyawa yang terbentuk dari
logam Cr+2 akan bersifat basa, dalam larutan air kromium (II) adalah
reduktor kuat dan mudah dioksidasi diudara menjadi senyawa khromium
(III) dengan reaksi :
2 Cr2+ (aq) + 4H+ (aq) + O2 (g) + 2 Cr3+ (aq) + 2 H2O (l) ……..... (1)
Senyawa
yang terbentuk dari ion khromium (III) atau Cr3+ bersifat amporter dan
merupakan ion yang paling stabil di antara kation logam transisi yang
lainnya serta dalam larutan, ion ini terdapat sebagai ()[]+362OHCr yang
berwarna hijau. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr6+ akan bersifat
asam. Cr3+ dapat mengendap dalam bentuk hidroksida. Khrom hidroksida
ini tidak terlarut dalam air pada kondisi pH optimal 8,5–9,5 akan tetapi
akan melarut lebih tinggi pada kondisi pH rendah atau asam. Cr6+ sulit
mengendap, sehingga dalam penanganannya diperlukan zat pereduksi dari
Cr6+ menjadi Cr3+. (Palar,1994).
Seng (Zn)
Seng
(Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy,
keramik, pigmen, karet, dan lain-lain. Toksisitas Zn pada hakekatnya
rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar
tinggi dapat bersifat racun. Seng menyebabkan warna air menjadi
opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir.
(Soemirat, Juli, 2002).
Seng
adalah suatu bluish-white, metal berkilauan, Zinc merupakan logam
seperti perak banyak digunakan dalam industri baja supaya tahan karat,
membuat kuningan, membuat kaleng yang tahan panas dan sebagainya. Rapuh
pada suhu lingkungan tetapi lunak pada suhu 100-150°C. Merupakan suatu
konduktur listrik dan terbakar tinggi di dalam udara pada panas
merah-pijar.
Logam
seng (Zn) tersedia secara commercially jadi tidak secara normal untuk
membuatnya di dalam laboratorium. Kebanyakan produksi seng didasarkan
bijih sulfid. Zn dipanggang didalam pabrik industri untuk membentuk
oksida seng, ZnO. Ini dikurangi dengan karbon untuk membentuk seng
metal, tetapi diperlukan practice ingenious technology untuk memastikan
bahwa seng yang dihasilkan tidak mengandung oksida tak murni.
ZnO + C → Zn + CO …………………….(2)
ZnO + CO → Zn + CO2 …………………….(3)
CO2 + C → 2CO …………………….(4)
Tipe
lain dari ekstrasi adalah electrolytic. Penguraian dari zinc oxide
mentah, ZnO, di dalam sulphuric acid menjadi zinc sulfate, ZnSO4. Solusi
dari elektrolisi ZnSO4 menggunakan katoda aluminium dan dicampur timah
dengan anoda perak membentuk logam seng murni yang dilapisi aluminium.
Gas oksigen dibebaskan pada anoda.
Tembaga (Cu)
Tembaga
dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Logam ini berbentuk
kristal dengan warna kemerahan. Secara kimia, senyawa-senyawa dibentuk
oleh logam Cu (tembaga) mempunyai bilangan valensi +1 dan +2 yang tidak
dapat larut dalam air dingin atau air panas, tetapi mereka dapat
dilarutkan dalam larutan asam. Cu merupakan penghantar listrik terbaik
setelah perak (Argentum-Ag), karena itu logam Cu banyak digunakan dalam
bidang elektronika atau pelistrikan. Pada manusia, efek keracunan yang
ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap. Cu tersebut adalah
terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan
hidung. Kerusakan itu, merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif
yang dimiliki oleh debu atau uap Cu tersebut. (Palar, 2004).
Secara
umum sumber masuknya logam Cu ke dalam tatanan lingkungan adalah secara
alamiah dan non alamiah. Berikut ini adalah proses masuknya Cu ke alam
:
a.
Secara alamiah Cu masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai
akibat peristiwa alam. Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa
pengikisan (erosi) dari batuan mineral, dari debu-debu dan atau
partikulat-partikulat Cu yang ada dalam lapisan udara yang turun bersama
hujan.
b.
Secara non alamiah Cu masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai
akibat dari suatu aktifitas manusia. Jalur dari aktfitas manusia ini
untuk memasukkan Cu ke dalam lingkungan ada berbagai macam cara. Salah
satunya adalah dengan pembuangan oleh industri yang memakai Cu dalam
proses produksinya.
Timbal (Pb)
Timbal
atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum. Dahulu digunakan sebagai konstituen
di dalam cat, baterai, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Pb
organik (TEL = Tetra Ethyl Lead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin
untuk meningkatkan nilai oktan. Pb adalah racun sitemik yang dikenal
dengan cara pemasukannya setiap hari dapat melalui makanan, air, udara
dan penghirupan asap tembakau. Efek dari keracunan Pb dapat menimbulkan
kerusakan pada otak dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak,
antara lain epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak besar. (Palar,
2004).
Timbal
dalam industri digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan kerajinan
dari tanah karena pada temperatur yang rendah bahan pelapis dapat
digunakan. Sekarang banyak juga digunakan sebagai pelapis pita-pita,
karena mempunyai sikap resisten terhadap bahan korosif dan bahan
baterai, cat. Senyawaan yang terpenting adalah (CH3)4Pb dan (C2H5)4Pb
yang dibuat dalam jumlah yang sangat besar untuk digunakan sebagai zat
“antiknock” dalam bahan bakar.
No comments:
Post a Comment